[alhikmahtoyan.blogspot.com] - Perkembangan teknologi yang semakin pesat, murah dan semakin mudah diakses, nampaknya menjadi permasalahan yang komplek bagi perkembangan psikologi anak masa ini, yang jika tidak segera diatasi akan membentuk opini yang akan berpengaruh pada pola pikir si anak.
Harga handphone yang semakin menurun, ditambah dengan harga kartu HP perdana yang murah bak kacang goreng, menjamurnya Internet, Game Online, Play Station, bahkan disudut desa kecil sekalipun, siaran televisi yang hampir 24 jam non stop, tanpa henti, hampir setiap hari masuk memenuhi ruangan rumah kita.
Sebuah pengalaman kecil yang luar biasa dari penulis, dalam sebuah pertemuan dengan anak-anak TPA, anak-anak justru lebih hafal dengan judul film kartun yang ada ditelevisi daripada nama 25 nabi, dan ketika diminta menyebutkan nama 12 bulan selama 1 tahun, meraka lebih hafal nama bulan Januari – Desember yang notabene adalah buatan kaum kafir, daripada Bulan Muharram – Dzulhijjah.
Memang, dengan kecanggihan teknologi tersebut, dunia seakan digenggaman tangan, informasi apapun yang terjadi di belahan dunia manapun, dengan cepat dapat kita akses detik itu juga. Namun, idealnya hal itu diimbangi dengan tameng diri dan pengetahuan yang cukup untuk memilah mana yang baik mana dan mana yang buruk, mana yang perlu kita ketahui dan mana yang tidak perlu. Karena itulah pengawasan, bimbingan, “iguh pratikel [jw]” dari pihak yang berkompeten sesuai porsinya sangat dibutuhkan.
Bagaimanapun mau tidak mau, suka tidak suka, inilah kenyataan yang kita hadapi sekarang. Fungsi pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan keluarga sebagai tempat berlindung bagi anak, sudah semestinya dimaksimalkan. Lembaga pendidikan formal di sekolah harus juga optimalkan perannya. Pendidikan non formal keislaman, seperti Takmir Masjid, Taman Pendidikan Al Quran (TPA), Remaja Islam Masjid juga harus turut ambil bagian. Mari rapatkan barisan, jaga semangat, keep silaturahim, keep istiqomah. *[adm]
Ditulis oleh : Aan [Direktur TPA Al Hikmah Toyan]
Harga handphone yang semakin menurun, ditambah dengan harga kartu HP perdana yang murah bak kacang goreng, menjamurnya Internet, Game Online, Play Station, bahkan disudut desa kecil sekalipun, siaran televisi yang hampir 24 jam non stop, tanpa henti, hampir setiap hari masuk memenuhi ruangan rumah kita.
Sebuah pengalaman kecil yang luar biasa dari penulis, dalam sebuah pertemuan dengan anak-anak TPA, anak-anak justru lebih hafal dengan judul film kartun yang ada ditelevisi daripada nama 25 nabi, dan ketika diminta menyebutkan nama 12 bulan selama 1 tahun, meraka lebih hafal nama bulan Januari – Desember yang notabene adalah buatan kaum kafir, daripada Bulan Muharram – Dzulhijjah.
Memang, dengan kecanggihan teknologi tersebut, dunia seakan digenggaman tangan, informasi apapun yang terjadi di belahan dunia manapun, dengan cepat dapat kita akses detik itu juga. Namun, idealnya hal itu diimbangi dengan tameng diri dan pengetahuan yang cukup untuk memilah mana yang baik mana dan mana yang buruk, mana yang perlu kita ketahui dan mana yang tidak perlu. Karena itulah pengawasan, bimbingan, “iguh pratikel [jw]” dari pihak yang berkompeten sesuai porsinya sangat dibutuhkan.
Bagaimanapun mau tidak mau, suka tidak suka, inilah kenyataan yang kita hadapi sekarang. Fungsi pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan keluarga sebagai tempat berlindung bagi anak, sudah semestinya dimaksimalkan. Lembaga pendidikan formal di sekolah harus juga optimalkan perannya. Pendidikan non formal keislaman, seperti Takmir Masjid, Taman Pendidikan Al Quran (TPA), Remaja Islam Masjid juga harus turut ambil bagian. Mari rapatkan barisan, jaga semangat, keep silaturahim, keep istiqomah. *[adm]
Ditulis oleh : Aan [Direktur TPA Al Hikmah Toyan]