Setelah beberapa kali latihan, akhirnya Senin, 11 April 2011, Sanggar Seni ABATA tampil meyakinkan dalam acara pergelaran anak kampung, di Dusun Dobangsan, Giripeni, Wates, Kulon Progo. “Persiapan sangat mepet, baru ada ide 10 (sepuluh) hari menjelang pementasan. Take vocal dilaksanakan pada Sabtu, 2 April 2011, dan latihan hanya dilaksanakan 4 (empat) kali”, ungkap Iman, Sutradara pementasan.
Operet teatrikal kali ini mengambil tema bencana. Hal ini didasari dengan banyaknya bencana baik gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir dan bencana lain di Indonesia. Pertunjukan operet dimulai dengan keceriaan anak-anak kampung yang sedang bermain. Keceriaan anak-anak tersebut akhirnya hilang seiring dengan adanya gempa bumi. Dalam suasana mencekam tersebut datanglah relawan kemanusiaan membantu korban gempa, diselingi dengan pembacaan puisi. Adegan berikutnya, korban gempa mengajak penonton untuk bertobat dari maksiat yang selama ini telah banyak dilakukan.
Untuk aransemen musik, selain vokal dari adik-adik sanggar, musik diisi dengan potongan lagu-lagu tradisional. Hal ini disesuaikan dengan setting cerita, yaitu anak-anak kampung yang sedang bermain. “Pemilihan musik tradisional ini lebih ditonjolkan karena sekarang banyak anak-anak yang justru tidak tahu dengan lagu daerah/lagu tradisional”, jelas Arranger musik, Aan. Lebih lanjut Aan menyayangkan, kalau anak-anak sekarang lebih hafal dan familier dengan lagu Ungu, ST 12 daripada lagu padhang mbulan, atau lagu sluku-sluku bathok yang notabene adalah lagu tradisional yang harus dilestarikan.
Kegiatan dilanjutkan dengan pementasan teater dari Komunitas Sego Gurih, Yogyakarta. Adapun lakon yang akan dibawakan berjudul Bleg-Bleg Thing, yang berkisah tentang sebuah kampung yang sumpek, dengan berbagai macam komunitas penduduk, dan di dalamnya telah berkembang lama mitos tentang makhluk halus, yang oleh warga kampung diberi julukan “Den Baguse Endro”.
Sementara itu untuk pementasan, Sanggar Seni ABATA, sudah kesekian kali menampilkan performanya. Beberapa judul pementasan yang telah dilakoni diantaranya, Kisah Bocah Ngarit (2001), Mengaji Membawa Nikmat (2002), Kenapa Harus Togel (2004, 2005), Puisi Teatrikal (2010) dan Operet Bencana (2011). Selepas itu, mantan pemain sanggar angkatan awal, diarahkan dalam pembuatan film indie dan telah menghasilkan beberapa buah judul film (2006 - 2009).
“Latihan sudah secara maksimal dilakukan, walaupun cuma 4 (empat) kali, tetapi salut hasilnya lumayan bagus dan tidak mengecewakan”, kata Kusuma, salah satu pembina sanggar dan mantan pemain sanggar angkatan awal. Semoga adik-adik Sanggar Seni ABATA, memperoleh pengalaman berharga dari pementasan tersebut. Teruslah berkarya, VIVA Sanggar Seni ABATA. *[adm].