Mendapatkan ridha Alloh Subhanahu wa Ta'ala adalah tujuan utama berdakwah, tapi mencari simpati masyarakat bukanlah hal yang salah, dan justru harus dilakukan. Ridha Sang Maha, harus menjadi priotitas daripada yang lainnya. Tetapi berusaha secara paralel untuk mendapatkan keduanya (Ridha Alloh sekaligus simpati umat), juga mutlak dilakukan oleh seorang juru dakwah.
Semua juru dakwah, pasti punya harapan yang sama, yaitu ajakan dakwahnya diterima dengan hati terbuka. Seorang ustadz/dai akan merasa puas, jika orang-orang akhirnya berbondong-bondong melaksanakan ajaran yang disampaikannya. Idealnya seorang dai dilarang untuk kecewa, apalagi berputus asa, jika dakwahnya tertolak. Namun tidak bisa dipungkiri,pasti ada perasaan sedih, perih dan pilu.
Dakwah akan efektif jika disampaikan oleh dai/muballigh yang simpatik. Dengan akhlak dan kepribadian yang baik, mereka akan memiliki daya tarik. Simpati umat tidak bisa didapat dengan tiba-tiba dan instan, melainkan dengan usaha keras untuk memperbaiki akhlak dan kepribadian itu sendiri. Simpati bukan datang karena indahnya kata-kata, tetapi melalui penampilan diri yang lembut dan santun.
Abu Hurairah, seorang sahabat yang banyak meriwayatkan hadist, suatu hari pernah mendatangi Rasululloh khusus untuk meminta doa agar masyarakat muslim mencintai dan bersimpati kepadanya. Abu Hurairah sadar bahwa tanpa simpati umat, dakwah yang akan disampaikan sulit diterima.
Jika seorang sahabat seperti Abu Hurairah masih memerlukan simpati umat, apalagi kita yang masih belum banyak berbuat dan berkorban untuk umat. Mari para dai/ustadz/muballigh, belajar untuk meraih dan merebut simpati umat. Selalu perbaiki diri, konsisten, demi tegaknya Islam. *[adm]