[alhikmahtoyan.blogspot.com] – ”Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah padamu (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia”, QS. Al Qashash [28] : 77.
Jika diklasifikasikan secara kasar, ada tiga golongan manusia dalam dalam memandang dunia. Golongan pertama, orang yang berpandangan ”Dunia No, Akhirat Yes”. Golongan ini tidak atau kurang memperhatikan urusan dunia. Sebaliknya mereka hanya menyibukkan diri dalam urusan akhirat semata. Bagi mereka urusan pakaian, tempat tinggal bahkan keluarga tidaklah terlalu penting.
Golongan kedua, ”Dunia Yes, Akhirat No”. Golongan ini berpandangan bahwa dunia ini seluruhnya adalah materi dan apa yang ada dihadapannya adalah keehidupan yang sebenarnya. Mereka hanya percaya terhadap apa yang dilihat dengan kasat mata dan dapat dirasakan oleh indera. Di luar itu, mereka tidak percaya. Mereka tidak percaya alam ghaib, termasuk alam kubur, alam akhirat, bahkan mereka tidak percaya Allah SWT.
Mereka terekam dalam Al Quran, ”Dan mereka berkata, ’Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa’. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah menduga-duga.” (QS Al Jatsiyah [45] : 24.
Golongan ini jauh lebih sesat dan membahayakan dibanding golongan sebelumnya. Mereka rakus dan tamak terhadap dunia. Mereka tidak mempunyai tujuan hidup kecuali sekadar mempertahankan hidup di dunia ini saja. Segala aktifitas hidupnya hanyalah untuk menunjang kehidupan mereka di dunia saja, titik. Hidup mereka tak beda dengan binatang, bahkan lebih rendah lagi.
Sedangkan golongan ketiga, ”Dunia Yes, Akhirat Yes”. Golongan ini memandang dunia sebagai jembatan yang mengantarkan pada tujuan hidup yang sebenarnya. Dunia penting bagi mereka, demikian juga akhirat jauh lebih penting lagi. Kedua-duanya tidak ada yang diabaikan. Karunia hidup di dunia dinikmati dan disyukuri, sementara keehidupan akhirat dikejar dan dicari.
Golongan ini memandang dunia tidak lebih dari sebuah ladang yang subur untuk bercocok tanam. Itulah sebabnya mereka tidak pernah berhenti beribadah, mengais rezeki, bermuamalah, memberi nafkah keluarga, dan bermasyarakat guna mencari ridha Allah SWT yang kelak hasilnya dapat dipanen diakhirat. Wallohu A’lam. *[adm]
Referensi : Suara Hidayatullah
Jika diklasifikasikan secara kasar, ada tiga golongan manusia dalam dalam memandang dunia. Golongan pertama, orang yang berpandangan ”Dunia No, Akhirat Yes”. Golongan ini tidak atau kurang memperhatikan urusan dunia. Sebaliknya mereka hanya menyibukkan diri dalam urusan akhirat semata. Bagi mereka urusan pakaian, tempat tinggal bahkan keluarga tidaklah terlalu penting.
Golongan kedua, ”Dunia Yes, Akhirat No”. Golongan ini berpandangan bahwa dunia ini seluruhnya adalah materi dan apa yang ada dihadapannya adalah keehidupan yang sebenarnya. Mereka hanya percaya terhadap apa yang dilihat dengan kasat mata dan dapat dirasakan oleh indera. Di luar itu, mereka tidak percaya. Mereka tidak percaya alam ghaib, termasuk alam kubur, alam akhirat, bahkan mereka tidak percaya Allah SWT.
Mereka terekam dalam Al Quran, ”Dan mereka berkata, ’Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa’. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah menduga-duga.” (QS Al Jatsiyah [45] : 24.
Golongan ini jauh lebih sesat dan membahayakan dibanding golongan sebelumnya. Mereka rakus dan tamak terhadap dunia. Mereka tidak mempunyai tujuan hidup kecuali sekadar mempertahankan hidup di dunia ini saja. Segala aktifitas hidupnya hanyalah untuk menunjang kehidupan mereka di dunia saja, titik. Hidup mereka tak beda dengan binatang, bahkan lebih rendah lagi.
Sedangkan golongan ketiga, ”Dunia Yes, Akhirat Yes”. Golongan ini memandang dunia sebagai jembatan yang mengantarkan pada tujuan hidup yang sebenarnya. Dunia penting bagi mereka, demikian juga akhirat jauh lebih penting lagi. Kedua-duanya tidak ada yang diabaikan. Karunia hidup di dunia dinikmati dan disyukuri, sementara keehidupan akhirat dikejar dan dicari.
Golongan ini memandang dunia tidak lebih dari sebuah ladang yang subur untuk bercocok tanam. Itulah sebabnya mereka tidak pernah berhenti beribadah, mengais rezeki, bermuamalah, memberi nafkah keluarga, dan bermasyarakat guna mencari ridha Allah SWT yang kelak hasilnya dapat dipanen diakhirat. Wallohu A’lam. *[adm]
Referensi : Suara Hidayatullah