skip to main |
skip to sidebar
Suatu kebanggaan dan semoga dapat menjadikan motivasi tersendiri bagi kami, untuk tetap eksis dalam menulis dan menjadikan blog ini sebagai sarana berbagi dan menjalin silaturahim. Sekali lagi Terima Kasih untuk sobat blogger bengkel humor. *[adm]
Selengkapnya → Fleanding Site's Choice Award
[alhikmahtoyan.blogspot.com] – ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) ...” QS. An Nisaa’ [4] : 34.
Kewajiban seorang wanita tentu berbeda dengan kewajiban seorang laki-laki. Perbedaan ini sudah sangat jelas disebutkan oleh Allah SWT dalam banyak ayat Al Qur’an. Kewajiban berbusana, misalnya diwajibkan menutup rambutnya, sedangkan laki-laki tidak.
Logikanya, bila kewajiban berbeda, maka hak pun berbeda. Wanita berhak memperoleh nafkah dari laki-laki dan sebaliknya, laki-laki berkewajiban memberi nafkah kepada wanita.
Itulah keseimbangan yang sudah diatur oleh Allah SWT, lewat ajaran Islam yang amat indah, sebagaimana Allah SWT juga mengatur tata surya melalui sistem keseimbangan yang sempurna.
Bila keseimbangan itu diganggu, terjadilah kekacauan. Bulan, misalnya, janganlah menuntut untuk dikelilingi bumi, dan sebaliknya bumipun jangan merasa enggan dikelilingi oleh bulan.
Begitu pula seharusnya laki-laki dan wanita. Wanita selayaknya diwanitakan, jangan dilaki-lakikan. Biarkan wanita menjalankan kewajibannya sebagai wanita, dan mendapatkan haknya pula sebagai wanita. Karena begitulah fitrah yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Pada masa lalu, Rasulullah SAW sangat mewanitakan wanita. Dalam peperangan, misalnya, wanita diposisikan di barisan belakang untuk memperkuat tim medis atau membantu logistik. Sementara laki-laki berada di front depan.
Begitulah Islam. Segala sesuatu tidak diukur dengan nafsu, namun ditujukan semata mencari ridha Allah SWT. Jika menjadi ibu rumah tangga bisa mengantarkan seorang wanita kepada kemuliaan, maka pekerjaan itulah yang akan dipilihnya. Sebaliknya, jiuka keadaan memaksa seorang wanita harus mencari nafkah di luar rumah, maka itu dilakukannya dengan ikhlas, untuk mencari ridha Allah SWT, bukan demi persamaan hak atas kaum laki-laki. Wallahu A’lam. *[adm]
Referensi : Cinta dengan Senyuman | Suara Hidayatullah
Selengkapnya → Islam Mewanitakan Wanita
Ketiga, Benteng Alamut. Benteng ini dibangun pada 840 Masehi di atas gunung Alborz pada ketinggian 2.100 Meter di atas permukaan air laut yang terletak di selatan Laut Kaspia dekap Propinsi Qazyin. Benteng tersebut terletak 100 kilometer dari Kota Teheran/Iran.
Alamut sendiri merupakan bahasa Persia, yang artinya sarang burung Rajawali. Kemungkinan nama tersebut diberikan untuk menggambar betapa kokohnya banteng tersebut. Benteng ini memang didirikan di atas gunung untuk menyulitkan para penyerang yang akan menghandurkannya.
Untuk memasuki benteng tersebut, para penyerang harus melewati lereng yang terjal dan licin yang sangat berbahaya. Benteng yang panjangnya 400 meter tersebut juga memiliki siatem suplay air yang berbeda dari benteng-benteng lainnya. Sebenarnya, benteng ini memang didirikan untuk menahan serangan dari Bangsa Seljuk.
Banteng Alamut pernah mengalami kerusakan yang cukup parah, saat terjadi gempa bumi di Iran pada Tahun 2004. Untuk memperbaikinya dibutuhkan waktu yang panjang, sekitar 10 tahun.
Keempat, Benteng Aleppo. Terletak di suriah, di jantung kota historis Aleppo. Benteng ini dibangun oleh sultan Hamdanid, penguasa Allepo yang pertama, sebagai pusat kekuatan militer.
Benteng ini berbentuk elisp, dengan panjang sekitar 400 meter dan lebar 320 meter dengan ketinggian 50 meter dari bukit-bukit. Ia dibangun dari blog besar batu gamping yang mengkilat. Batu tersebut menancap kuat di bukit tersebut.
Benteng tersebut dialiri oleh parit yang dialiri air, untuk melindungi benteng dari penyelundup. Parit benteng memiliki kedalaman 22 meter dan lebar 30 meter. Selain berfungsi menjaga, istana juga difungsikan menjaga dan melindungi daerah pertanian dan sekitarnya.
Kelima, Benteng Ajyad. Benteng ini dibangun oleh kekhalifahan Turki Utsmani di Kota Makkah pada 1775 Hijriyah. Ini dimaksudkan untuk melindungi Ka’bah dan Kota Makkah dari serangan para peendatang. Benteng tersebut meliputi 23 ribu meter Persegi yang terletak di pegunungan Bulbul. Pada Tahun 2002, benteng tersebut di musnahkan untuk sebuah proyek Abraj Al-Bait Towers yang terdiri dari apartemen, hotel bintang lima maupun pusat perbelanjaan.
Pemusnahan Ajyad ini, diprotes keras oleh Pemerintah Turki. Namun pemerintah Sauda Arabia tetap memperbolehkan kelanjutan proyek ini. Selain itu, meskipun benteng Ayjed memiliki nilai historis tetapi benteng tersebut tidak pernah masuk dalam bangunan-bangunan bersejaah yang dilindungi UNESCO. *[adm]
Referensi : Masa Keemasan Islam | Suara Hidayatullah | Benteng Peninggalan Islam
Selengkapnya → Benteng Peninggalan Kejayaan Islam (2)