[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Khutbah Jumat merupakan rukun dalam pelaksanaan shalat Jumat. Ini juga momen yang sangat tepat untuk menjelaskan perkara agama karena kaum Muslimin saat itu berkumpul. Agar pelaksanaan khutbah jumat terlaksana dengan baik, setiap khatib perlu mempelajari adab khutbah jumat.
Beberapa adab dalam khutbah Jumat, Pertama, Disunnahkan bagi khatib memberi salam ketika masuk masjid dan ketika naik mimbar sebelum khutbah. Ibnu Umar radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW jika masuk masjid pada Jumat memberi salam pada orang-orang yang duduk di sisi mimbar dan jika telah naik mimbar beliau menghadap hadirin dan mengucap salam. (Riwayat Ath-Thabrani).
Kedua, Jika selesai adzan, khatib menghadap makmum dan menyampaikan khutbah dengan menyandarkan tangannya pada tongkat/busur panah. Ini berlandaskan pada Hadist al-Hakam bin Hazm al-Kulafi bahwa ia menyaksikan/mengikuti shalat Jumat bersama Nabi SAW dan beliau berdiri (dalam khutbah)bersandarkan pada tongkat/busur panah. (Riwayat Abu Dawud). Namun ada ulama lain yang memandang tidak perlu bersandar pada tongkat.
Ketiga, Bagi khatib yang mampu berdiri disyariatkan berdiri pada kedua khutbah, dengan sekali duduk diantara keduanya. Menurut Imam Syafi’i, hal ini hukumnya wajib berdasarkan Hadits yang diriwayatkian dari Ibnu Umar “Bahwa Nabi SAW berkhutbah pada hari jumat dengan berdiri, lalu duduk, lalu berdiri (untuk berkhutbah lagi) seperti yang dikerjakan orang-orang hari ini.” (Riwayat Jamaah Ahli Hadits)
Adab khutbah Jumat keempat adalah Disunnahkan bagi khatib untuk mengeraskan suaranya pada khutbahnya (selain rukun-rukun khutbah). Diriwayatkan dari jabir, jika Rasulullah berkhutbah, kedua matanya memerah dan suaranya tinggi, seolah-olah beliau adalah seorang pemberi peringatan kepada pasukan bahwa musuh akan menyerang diwaktu pagi atau sore.
Kelima, Memendekkan khutbah dan memanjangkan shalat. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah seseorang, pertanda (mendalam) pemahamannya. Panjangkanlah shalat dan pendekkanlah khutbah!” (Riwayat Muslim). Hadits ini menunjukkan disyariatkannya memendekkan waktu (durasi) khutbah dalam pengertian sedang yaitu pertengahan, antara pendek yang tidak mencukupi dan panjang yang berlebihan. Namun, jika sesekali khatib memanjangkan khutbah karena kebutuhan, hal ini tidak mengapa. Diantara faedah memendekkan durasi khutbah mudah diserap dan dipahami serta makmum tidak bosan mendengarkannya.
Adab khutbah Jumat yang Keenam, Dimakruhkan bagi khatib mengangkat kedua tangannya saat berdoa karena Rasulullah SAW hanya berisyarat dengan jarinya ketika berdoa saat khutbah. Hal ini berlandaskan Hadits Umarah bin Ruwaibah bahwa dia melihat Bisyr bin Marwan di atas mimbar mengakat kedua tangannya. Umarah berkata. “Semoga Allah menjelekkan kedua tangannya. Sungguh, aku melihat Rasulullah SAW tidak lebih dari melakukan seperti ini –beliau berisyarat dengan jari telunjuknya.” (Riwayat Muslim)
Ketujuh, Berkhutbah sesuai dengan kondisi. Misalnya, menjelaskan perkara-perkara yang terkait dengan Ramadhan menjelang masuknya bulan tersebut. Demikian pula berkhutbah harus dengan bahasa yang jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. Itulah beberapa adab dalam khutbah Jumat, Semoga bermanfaat. *[adm]
Referensi : Suara Hidayatullah, Foto : Google.com
Beberapa adab dalam khutbah Jumat, Pertama, Disunnahkan bagi khatib memberi salam ketika masuk masjid dan ketika naik mimbar sebelum khutbah. Ibnu Umar radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW jika masuk masjid pada Jumat memberi salam pada orang-orang yang duduk di sisi mimbar dan jika telah naik mimbar beliau menghadap hadirin dan mengucap salam. (Riwayat Ath-Thabrani).
Kedua, Jika selesai adzan, khatib menghadap makmum dan menyampaikan khutbah dengan menyandarkan tangannya pada tongkat/busur panah. Ini berlandaskan pada Hadist al-Hakam bin Hazm al-Kulafi bahwa ia menyaksikan/mengikuti shalat Jumat bersama Nabi SAW dan beliau berdiri (dalam khutbah)bersandarkan pada tongkat/busur panah. (Riwayat Abu Dawud). Namun ada ulama lain yang memandang tidak perlu bersandar pada tongkat.
Ketiga, Bagi khatib yang mampu berdiri disyariatkan berdiri pada kedua khutbah, dengan sekali duduk diantara keduanya. Menurut Imam Syafi’i, hal ini hukumnya wajib berdasarkan Hadits yang diriwayatkian dari Ibnu Umar “Bahwa Nabi SAW berkhutbah pada hari jumat dengan berdiri, lalu duduk, lalu berdiri (untuk berkhutbah lagi) seperti yang dikerjakan orang-orang hari ini.” (Riwayat Jamaah Ahli Hadits)
Adab khutbah Jumat keempat adalah Disunnahkan bagi khatib untuk mengeraskan suaranya pada khutbahnya (selain rukun-rukun khutbah). Diriwayatkan dari jabir, jika Rasulullah berkhutbah, kedua matanya memerah dan suaranya tinggi, seolah-olah beliau adalah seorang pemberi peringatan kepada pasukan bahwa musuh akan menyerang diwaktu pagi atau sore.
Kelima, Memendekkan khutbah dan memanjangkan shalat. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah seseorang, pertanda (mendalam) pemahamannya. Panjangkanlah shalat dan pendekkanlah khutbah!” (Riwayat Muslim). Hadits ini menunjukkan disyariatkannya memendekkan waktu (durasi) khutbah dalam pengertian sedang yaitu pertengahan, antara pendek yang tidak mencukupi dan panjang yang berlebihan. Namun, jika sesekali khatib memanjangkan khutbah karena kebutuhan, hal ini tidak mengapa. Diantara faedah memendekkan durasi khutbah mudah diserap dan dipahami serta makmum tidak bosan mendengarkannya.
Adab khutbah Jumat yang Keenam, Dimakruhkan bagi khatib mengangkat kedua tangannya saat berdoa karena Rasulullah SAW hanya berisyarat dengan jarinya ketika berdoa saat khutbah. Hal ini berlandaskan Hadits Umarah bin Ruwaibah bahwa dia melihat Bisyr bin Marwan di atas mimbar mengakat kedua tangannya. Umarah berkata. “Semoga Allah menjelekkan kedua tangannya. Sungguh, aku melihat Rasulullah SAW tidak lebih dari melakukan seperti ini –beliau berisyarat dengan jari telunjuknya.” (Riwayat Muslim)
Ketujuh, Berkhutbah sesuai dengan kondisi. Misalnya, menjelaskan perkara-perkara yang terkait dengan Ramadhan menjelang masuknya bulan tersebut. Demikian pula berkhutbah harus dengan bahasa yang jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. Itulah beberapa adab dalam khutbah Jumat, Semoga bermanfaat. *[adm]
Referensi : Suara Hidayatullah, Foto : Google.com