[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Bagaimana Taubat Nasuha yang dicontohkan Rasulullah SAW? Berikut gambarannya.
Pertama, Adanya kesadaran setelah melakukan dosa. Setelah memahami bahwa perbuatan itu adalah dosa, maka ia segera menyadari keagungan Rabbnya, mengetahui kekurangan dirinya dalam mengikuti setan. Kesadaran jiwa adalah langkah awal manusia untuk bertaubat. Jiwalah yang akan mendorong hati untuk menyesal, kemudian bertekad untuk meninggalkan dosa itu. Lalu lidahnya beristighfar dan tubuhnya mencegah dari melakukan lagi (lihat surat Ali Imran [13] ayat 135).
Kedua, Adanya penyesalan dalam hati. Wajib bagi setiap muslim untuk menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukannya, sebab penyesalan merupakan salah satu syarat sahnya taubat, seperti yang Rasulullah SAW sabdakan, “Penyesalan adalah taubat,” (Riwayat Ahmad, Idnu Majah, Al-Hakim).
Ketiga, Berazam untuk meninggalkan selama-lamanya. Jangan sampai terjadi, pagi hari taubat sementara sore harinya kembali mengulangi lagi. Andai suatu saat tekad untuk berubah tersebut melemah, kemudian ia tertipu oleh setan sehingga terpeleset lagi, dan kembali bermaksiat, maka taubat itu tidak batal. Dalam kasus seperti ini, ia harus segera bertaubat lagi, menyesal dan menyusun tekad lagi, tanpa berputus asa bahwa taubatnya tidak diterima.
Keempat, Beristighfar. Meminta ampun kepada Allah SWT bisa dilakukan dengan cara memanjatkan doa sebagaimana diungkap Nabi Adam dan Hawa dalam kisah di atas (Al-A’raaf[7]:23). Contoh lain adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, ”Ya Allah, jauhkanlah aku dari kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahanku dengan air, salju dan embun. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahan seperti baju yang putih dibersihkan dari kotoran.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari A’isyah).
Kelima, Mengiringi perbuatan buruk dengan perbuatan baik. Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW kepada Abu Dzarr RA ketika beliau berwasiat kepadanya, “Bertaqwalah di manapun engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya ia akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (Riwayat Ahmad dan Tirmizi dari Abi Dzar).
Jika sudah terlanjur melakukan maksiat, seseorang hendaknya segera mengiringinya dengan kebaikan seperti shalat, sedekah, puasa, perbuatan yang baik, istighfar,berzikir, bertasbih, dan macam-macam perbuatan baik lainnya.
Demikian beberapa Taubat Nasuha yang dicontohkan Rasulullah SAW. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bish-Shawab.*[adm]
Referensi : Suara Hidayatullah | Foto : Google.com
Pertama, Adanya kesadaran setelah melakukan dosa. Setelah memahami bahwa perbuatan itu adalah dosa, maka ia segera menyadari keagungan Rabbnya, mengetahui kekurangan dirinya dalam mengikuti setan. Kesadaran jiwa adalah langkah awal manusia untuk bertaubat. Jiwalah yang akan mendorong hati untuk menyesal, kemudian bertekad untuk meninggalkan dosa itu. Lalu lidahnya beristighfar dan tubuhnya mencegah dari melakukan lagi (lihat surat Ali Imran [13] ayat 135).
Kedua, Adanya penyesalan dalam hati. Wajib bagi setiap muslim untuk menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukannya, sebab penyesalan merupakan salah satu syarat sahnya taubat, seperti yang Rasulullah SAW sabdakan, “Penyesalan adalah taubat,” (Riwayat Ahmad, Idnu Majah, Al-Hakim).
Ketiga, Berazam untuk meninggalkan selama-lamanya. Jangan sampai terjadi, pagi hari taubat sementara sore harinya kembali mengulangi lagi. Andai suatu saat tekad untuk berubah tersebut melemah, kemudian ia tertipu oleh setan sehingga terpeleset lagi, dan kembali bermaksiat, maka taubat itu tidak batal. Dalam kasus seperti ini, ia harus segera bertaubat lagi, menyesal dan menyusun tekad lagi, tanpa berputus asa bahwa taubatnya tidak diterima.
Keempat, Beristighfar. Meminta ampun kepada Allah SWT bisa dilakukan dengan cara memanjatkan doa sebagaimana diungkap Nabi Adam dan Hawa dalam kisah di atas (Al-A’raaf[7]:23). Contoh lain adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, ”Ya Allah, jauhkanlah aku dari kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahanku dengan air, salju dan embun. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahan seperti baju yang putih dibersihkan dari kotoran.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari A’isyah).
Kelima, Mengiringi perbuatan buruk dengan perbuatan baik. Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW kepada Abu Dzarr RA ketika beliau berwasiat kepadanya, “Bertaqwalah di manapun engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya ia akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (Riwayat Ahmad dan Tirmizi dari Abi Dzar).
Jika sudah terlanjur melakukan maksiat, seseorang hendaknya segera mengiringinya dengan kebaikan seperti shalat, sedekah, puasa, perbuatan yang baik, istighfar,berzikir, bertasbih, dan macam-macam perbuatan baik lainnya.
Demikian beberapa Taubat Nasuha yang dicontohkan Rasulullah SAW. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bish-Shawab.*[adm]
Referensi : Suara Hidayatullah | Foto : Google.com