[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapatkan keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui? (Al-An’am [6]: 81). Apa Beda Malam Kita Dengan Malam Mereka. Simak tulisan berikut ini.
Di dalam Al Quran kita banyak mendapati pertanyaan yang sesungguhnya tidak membutuhkan jawaban. Seperti juga dalam ayat di atas, Allah SWT ingin menguatkan pernyataan-Nya bahwa antara golongan orang yang berkarakter baik itu tidak sama dengan golongan orang yang tidak berkarakter.
Salah satu karakter yang baik dan unggul itu ditandai dengan kegiatan mereka di malam hari. Yang membedakan Malam Kita Dengan Malam Mereka. Orang yang berkarakter tidak cukup dilihat aktivitasnya di siang hari yang dipenuhi dengan berbagai kesibukan. Mereka juga perlu dipantau kehidupan malam harinya.
Dalam hal ini, apakah mereka ditengah malamnya berzikir atau sedang tidur? Apakah mereka berdiri menjalankan shalat atau mendengkur? Apakah mereka sedang bersujud atau mereka sedang bersenda gurau? Apakah mereka sedang menangis karena larut dalam doa dan zikir atau tertawa?
Ayat berikut ini kembali mempertegas perbedaan antara dua golongan, Allah SWT berfirman: (Apakah kamu orang-orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang-orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang-orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (Az-Zumar [39]:9).
Lagi-lagi Allah mempertanyakan, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Jawabannya jelas berbeda, seperti perbedaan antara siang dan malam, antara gelap dan terang, antara hitam dan putih.
Apa Beda Malam Kita Dengan Malam Mereka. Perbedaan itu lebih lanjut dijelaskan dalam Al Quran: “sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di taman-taman (surga) dan mata air. Mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sebelumnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik, mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir malam mereka memohon ampun (Kepada Allah). (Adz-Dzariyat [15]; 15-18.
Tentang kualitas shalat malamnya Rasulullah SAW tidak perlu diragukan lagi, beliau sangat khusyu’ melebihi kekhusyu’kan siapapun. Adapun tentang lamanya beliau shalat malam, kembali ‘Aisyah menjelaskan, bahwa Rasulullah SAW mengerjakan shalat sebelas rakaat. Satu sujud beliau pada waktu itu setara dengan lamanya seorang diantara Kmu membaca lima puluh ayat, sebelum beliau mengangkat kepala. Dan beliau ruku’ dua kali sebelum shalat fajar. Lalu beliau berbaring diatas sisi badan beliau sebelah kanan hingga muadzin mendatangi beliau untuk shalat. (Riwayat Bukhari).
Sungguh sangat jauh berbeda antara kualitas dan kuantitas shalat malam kita. Hari-hari kita masih banyak kita isi dengan senda gurau, menyaksikan tayangan televisi yang sia-sia, dan banyak tidur. Padahal, beliau mengisi waktu-waktunya untuk beribadah, bertaubat, bermunajat, dan taqarrub ilallah.
Alhamdulillah, masih ada di antara kita, meskipun belum optimal, orang-orang yang sangat serius memperhatikan waktu malamnya. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk tetap menghidupkan malam dengan memperbanyak amal salih. *[adm]
Referensi : Suara Hidayatullah | Foto : Google.com
Di dalam Al Quran kita banyak mendapati pertanyaan yang sesungguhnya tidak membutuhkan jawaban. Seperti juga dalam ayat di atas, Allah SWT ingin menguatkan pernyataan-Nya bahwa antara golongan orang yang berkarakter baik itu tidak sama dengan golongan orang yang tidak berkarakter.
Salah satu karakter yang baik dan unggul itu ditandai dengan kegiatan mereka di malam hari. Yang membedakan Malam Kita Dengan Malam Mereka. Orang yang berkarakter tidak cukup dilihat aktivitasnya di siang hari yang dipenuhi dengan berbagai kesibukan. Mereka juga perlu dipantau kehidupan malam harinya.
Dalam hal ini, apakah mereka ditengah malamnya berzikir atau sedang tidur? Apakah mereka berdiri menjalankan shalat atau mendengkur? Apakah mereka sedang bersujud atau mereka sedang bersenda gurau? Apakah mereka sedang menangis karena larut dalam doa dan zikir atau tertawa?
Ayat berikut ini kembali mempertegas perbedaan antara dua golongan, Allah SWT berfirman: (Apakah kamu orang-orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang-orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang-orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (Az-Zumar [39]:9).
Lagi-lagi Allah mempertanyakan, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Jawabannya jelas berbeda, seperti perbedaan antara siang dan malam, antara gelap dan terang, antara hitam dan putih.
Apa Beda Malam Kita Dengan Malam Mereka. Perbedaan itu lebih lanjut dijelaskan dalam Al Quran: “sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di taman-taman (surga) dan mata air. Mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sebelumnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik, mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir malam mereka memohon ampun (Kepada Allah). (Adz-Dzariyat [15]; 15-18.
Tentang kualitas shalat malamnya Rasulullah SAW tidak perlu diragukan lagi, beliau sangat khusyu’ melebihi kekhusyu’kan siapapun. Adapun tentang lamanya beliau shalat malam, kembali ‘Aisyah menjelaskan, bahwa Rasulullah SAW mengerjakan shalat sebelas rakaat. Satu sujud beliau pada waktu itu setara dengan lamanya seorang diantara Kmu membaca lima puluh ayat, sebelum beliau mengangkat kepala. Dan beliau ruku’ dua kali sebelum shalat fajar. Lalu beliau berbaring diatas sisi badan beliau sebelah kanan hingga muadzin mendatangi beliau untuk shalat. (Riwayat Bukhari).
Sungguh sangat jauh berbeda antara kualitas dan kuantitas shalat malam kita. Hari-hari kita masih banyak kita isi dengan senda gurau, menyaksikan tayangan televisi yang sia-sia, dan banyak tidur. Padahal, beliau mengisi waktu-waktunya untuk beribadah, bertaubat, bermunajat, dan taqarrub ilallah.
Alhamdulillah, masih ada di antara kita, meskipun belum optimal, orang-orang yang sangat serius memperhatikan waktu malamnya. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk tetap menghidupkan malam dengan memperbanyak amal salih. *[adm]
Referensi : Suara Hidayatullah | Foto : Google.com