[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Suriah memang memainkan peran tiada tandingannya dalam sejarah manusia. Suriah merupakan gerbang sejarah dan salah satu tempat lahirnya peradaban. Berjuluk Gateway to History atau pintu gerbang sejarah.
Begitulah julukan yang diberikan masyarakat dunia atas Suriah. Julukan lain adalah Craddle of Civilization, tempat lahirnya peradaban. Jika ditelusuri ke belakang, maka kemajuan peradaban zaman modern sekarang berasal dari perkembangan bangsa-bangsa di wilayah Suriah Kuno, yang mebentang dari pegunungan Taurus (Turki) hingga Sinai (dekat Mesir) dan dari Mediterania hingga ke daerah Sungai Eufrat (di Irak).
Di Suriah, manusia mulai mengembangkan pertanian dan pengetahuan tentang metalurgi dan alfabet pertama. Di Suriah pula tempat berkembangnya agama-agama, filosofi, perdagangan, bahasa, sistem pembangunan kota dan hubungan diplomatik dan budaya.
Dalam sejarah Islam, wilayah Suriah sekarang termasuk dalam negeri Syam, bersama Palestina, Libenon, Yordania. Negeri Syam dikenal sebagai negerinya pada Nabi. Dimana Allah menurunkan pria-pria pilihan dari kalangan manusia untuk menjadi pembimmbing bagi manusia lainnya agar senantiasa menyembah dan mentauhidkan-Nya.
Kota-kota Suriah, seperti Damaskus, Homs, dan Hama, yang belakangan sering disebut dalam konflik bersenjata antara rezim Presiden Bashar Al Assad dan pasukan oposisi, merupakan kota kuno yang selalu dihuni manusia.
Kota-kota itu tidak pernah mati hingga kini dan sampai akhir zaman, sebagaimana diyakini di Suriah itulah nantinya Al Mahdi akan muncul. Wilayah Suriah merupakan daerah yang subur dan posisinya strategis, karena menjadi jembatan menuju negeri-negeri lain yang berada di delapan penjuru mata angin. Maka tak heran, jika sejak dulu hingga kini, Suriah kerap disebut dalam catatan pertarungan antar bangsa di dunia.
Demikianlah, sejarah negeri pada nabi itu, yang selalu hadir dalam episode peradaban manusia, maka tidak aneh jika kemudian sejawawan Andre Parrot berkata, ”Setiap manusia yang berbudaya merupakan bangsa dari dua bangsa, yaitu bangsanya sendiri dan suriah. Allohu A’lam. *[adm]
Referensi : Hidayatullah
Begitulah julukan yang diberikan masyarakat dunia atas Suriah. Julukan lain adalah Craddle of Civilization, tempat lahirnya peradaban. Jika ditelusuri ke belakang, maka kemajuan peradaban zaman modern sekarang berasal dari perkembangan bangsa-bangsa di wilayah Suriah Kuno, yang mebentang dari pegunungan Taurus (Turki) hingga Sinai (dekat Mesir) dan dari Mediterania hingga ke daerah Sungai Eufrat (di Irak).
Di Suriah, manusia mulai mengembangkan pertanian dan pengetahuan tentang metalurgi dan alfabet pertama. Di Suriah pula tempat berkembangnya agama-agama, filosofi, perdagangan, bahasa, sistem pembangunan kota dan hubungan diplomatik dan budaya.
Dalam sejarah Islam, wilayah Suriah sekarang termasuk dalam negeri Syam, bersama Palestina, Libenon, Yordania. Negeri Syam dikenal sebagai negerinya pada Nabi. Dimana Allah menurunkan pria-pria pilihan dari kalangan manusia untuk menjadi pembimmbing bagi manusia lainnya agar senantiasa menyembah dan mentauhidkan-Nya.
Kota-kota Suriah, seperti Damaskus, Homs, dan Hama, yang belakangan sering disebut dalam konflik bersenjata antara rezim Presiden Bashar Al Assad dan pasukan oposisi, merupakan kota kuno yang selalu dihuni manusia.
Kota-kota itu tidak pernah mati hingga kini dan sampai akhir zaman, sebagaimana diyakini di Suriah itulah nantinya Al Mahdi akan muncul. Wilayah Suriah merupakan daerah yang subur dan posisinya strategis, karena menjadi jembatan menuju negeri-negeri lain yang berada di delapan penjuru mata angin. Maka tak heran, jika sejak dulu hingga kini, Suriah kerap disebut dalam catatan pertarungan antar bangsa di dunia.
Demikianlah, sejarah negeri pada nabi itu, yang selalu hadir dalam episode peradaban manusia, maka tidak aneh jika kemudian sejawawan Andre Parrot berkata, ”Setiap manusia yang berbudaya merupakan bangsa dari dua bangsa, yaitu bangsanya sendiri dan suriah. Allohu A’lam. *[adm]
Referensi : Hidayatullah