[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Tak cukup mempunyai akhlak dan kepribadian yang baik, seorang juru dakwah harus mampu menjadi teladan bagi jamaahnya. Bukankah Rasulullah SAW juga melakukan hal itu.
Dakwah akan efektif jika disampaikan oleh dai/muballigh yang simpatik, berakhlak dan berkepribadian baik, dan tentu harus didukung oleh keteladanan. Karena keteladanan adalah salah satu kunci dari dakwah.
Teringat sebuah ungkapan dari seorang ustadz, saat penulis masih menempuh pendidikan di bangku SMA. “Dadi ustadz, kuwi ojo mung jarkoni/ngajar ning ora nglakoni (Jadi ustadz itu jangan hanya bisa mengajar tapi tidak melaksanakan)”. Ambil saja salah satu contoh, bagaimana mungkin seorang ustadz/juru dakwah yang mengajarkan tentang pentingnya sabar sementara dia sendiri masih sering marah-marah.
Atau menjadi lucu, ketika juru dakwah itu mengajarkan tentang pentingnya shalat sebagai ibadah yang dapat mencegah perilaku keji dan mungkar, sementara dirinya tidak pernah mendirikan shalat, bahkan melakukan tindakan yang tidak dibenarkan secara syariat.
Tak mudah memang, menjadi seorang juru dakwah yang sekaligus dapat memberikan keteladanan. Tentu perlu proses bertahap untuk menjadi juru dakwah yang disegani karena akhlaknya, kepribadiannya atau karena keteladanannya.
Kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wa Jalla. Namun, terus berusaha menjadi juru dakwah yang lebih baik adalah kewajiban, yang tak boleh berhenti dan lekang hanya karena terjalnya dakwah itu sendiri. Buat semua juru dakwah/ustadz/guru/pengajar, tetap semangat dan istiqomah, selalu berusahalah memperbaiki akhlak, kepribadian dan berikan keteladanan guna suksesnya dakwah itu sendiri. Allohu A’lam. *[adm]
Ditulis oleh : Aan [Direktur TPA Al Hikmah Toyan]
Referensi : Hidayatullah | Meraih Simpati Umat | Sabar dan Istiqomah