skip to main |
skip to sidebar
[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Memberi fatwa merupakan tugas yang sangat berat. Karenanya tidak sembarang orang boleh melakukannya. Seorang mufti (orang yang berfatwa) tentulah orang yang mempunyai wawasan keilmuan yang luas, agar yang difatwakan tentang suatu masalah hukum sesuai dengan yang sebenarnya.
Sehubungan dengan hal di atas, para ulama memberi beberapa adab yang harus diperhatikan oleh seseorang yang hendak memberi fatwa diantaranya akan dibahas dalam adab memberi fatwa berikut ini.
Adab memberi fatwa yang pertama adalah meluruskan niat. Orang yang berfatwa niatnya semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Bukan mencari pangkat, kedudukan, kekayaan, kekuasaan dan sebagainya. Dengan niat seperti itu, maka Allah SWT akan memberinya petunjuk dalam melaksanakan tugasnya itu.
Kedua, paham Al Quran, yang meliputi nasakh-mansukh, takwil-tanzilnya, makiyah-madaniyahnya, dan segala sesuatu yang menyangkut Al Quran itu sendiri. Adab memberi fatwa yang ketiga adalah paham Hadits Rasulullah SAW yang meliputi nasakh-mansukhnya, asbabul wurud dan lain sebagainya.
Adab memberi fatwa yang keempat adalah Bahasa Arab beserta kaidah-kaidahnya sehingga dengan pengetahuan bahasa ini mudah memahami Al Quran dan Sunnah. Kelima, menguasai ilmu ushul fiqh secara mendalam.
Keenam, mempunyai kewibawaan, sabar dan dapat menguasai dirinya, tidak cepat marah dan tidak suka menyombongkan diri. Mufti adalah panutan kaum Muslimin, karena disamping ahli Al Quran dan Al Hadits, ia juga seseorang yang mempunyai akhlakul karimah atau budi pekerti yang luhur.
Ketujuh, selalu memikirkan kepentingan Kaum Muslimin. Adab memberi fatwa yang kedelapan adalah berkecukupan hidupnya, tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Dengan hidup berkecukupan itu, ia dapat memperdalam ilmunya dan mengemukakan kebenaran sesuai dengan kehendak Allah SWT dan Rasul-Nya, karena pendapatnya sukar dipengaruhi orang lain.
Adab pemberi fatwa yang terakhir, kesembilan adalah mengetahui imu kemasyarakatan, karena ketetapan hukumnya harus diambil setelah memperhatikan kondisi masyarakat, perubahan-perubahan yang terjadi dan sebagainya. Sehingga fatwanya tidak menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat, sekaligus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan hukum Allah dan Rasul-Nya.
Demikian beberapa adab pemberi fatwa yang harus dimiliki seorang mufti. Semoga bermanfaat. Aamiin. *[adm]
Selengkapnya → Adab Memberi Fatwa
[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Sebanyak 16 Santri Taman Pendidikan Al Quran Al Hikmah Toyan pada Ahad, 17 Maret 2013 mengikuti Wisuda yang dilaksanakan di Gedung Kesenian, Wates.
Kegiatan Wisuda diikuti oleh 1601 santri dari 12 kecamatan. Angkatan usia masing-masing santri sendiri bervariasi, mulai usia tujuh tahun hingga 12 tahun. Para peserta diwisuda setelah belajar Iqra’ dan bisa membaca Al Quran selama sekitar satu tahun. Mereka kemudian akan melanjutkan ke tingkat lebih lanjut pasca Taman Kanak-kanak Al Quran-Taman Pendidikan Al Quran (TKA-TPA) yakni membaca Al Quran hingga khatam.
Sebagaimana diberitakan oleh jogja.tribunnews.com. Sesuai kurikulum TKA-TPA, para santri setelah diwisuda diharapkan sudah bisa membaca Al Quran dan mampu melaksanakan ibadah keseharian. Seperti misalnya salat dan wudhu, hafalan beberapa surat-surat pendek dan ayat pilihan, serta doa sehari-hari.
Ke-16 Santri Al Hikmah Toyan tersebut adalah putri sejumlah 12 orang yaitu Vivi Astika, Siti Sundari, Lina Litaskunuu Ilaiha, Ardita Tri Andini, Feny Khasanah Budiyanti, Lisa Andriyani, Dixzi Anindita Sandy, Rossa Damayanti, Syifa Az Zahra, Erma Prasetyani, Reni Ekowati, Sri Ratnasari dan putra 4 orang Delta Bangun Pranata, Hyundawan Fadel Pamungkas, Daffa Bagas Adi Bintang dan Ferdy Maulana Eka Putra.
Sementara itu Sri Agung, Direktur TPA Al Hikmah Toyan berharap bahwa, kegiatan Wisuda ini bukanlah akhir dari mempelajari Al Quran. Santri yang telah diwisuda diharapkan lebih dapat mengembangkan keilmuannya. Lebih lanjut Sri Agung berharap bahwa para santri dapat menyumbangkan tenaga untuk membantu mengajar di TPA Al Hikmah dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan setiap Selasa, Kamis dan Sabtu. *[adm]
Selengkapnya → 16 Santri Taman Pendidikan Al Quran Al Hikmah Ikuti Wisuda
[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Melanjutkan tulisan tentang arsitek muslim bagian yang pertama, berikut ini akan disampaikan arsitek muslim lainnya yang bisa menjadi kebanggan kaum muslim dan dapat kita petik pelajaran sebagai suri tauladan bagi kita.
Mimar Kasemi seorang arsitek muslim yang hidup pada Tahun 1570 sampai dengan 1659 Masehi. Ia adalah seorang master arsitek muslim kekhalifakan Turki Utsmani. Mimar Kasemi atau Mimar Kasim lahir di Gramsh Tomorricca, Skrapar di Albania. Ia belajar arsitektur di Istambul ibukota Turki Utsmani dari arsitek muslim Turki yang ternana, Sinan.
Setelah meninggalnya kepala arsitek muslim istana Turki Utsmani, Hasan Aga pada tahun 1622 Masehi, ia kemudian diangkat sebagai penggantinya. Ia telah membuat banyak kreasi pekerjaan monumental yang orisinil, seperti : Baghdad Kiosk, Kiosk Intaience, dalam Istana Topkapi di Istambul.
Ia membangun kembali salah satu dari bangunan yang terindah di Istana Topkapi. Ia banyak membangun proyek di Albania, seperto penginapan, jembatan, tempat mandi umum dan jalan di Berat, Korce dan lain-lain. Karena terlibat perselisihan, ia kemudian diasingkan ke Gallipoli pada Tahun 1644 Masehii. Setelah satu tahun kemudian dimaafkan dan kembali ke istana.
Mehmed Aga, salah seorang arsitek muslim yang hidup pada Tahun 1540 sampai dengan 1617 masehi. Ia merupakan teknisi lapangan berbakat yang kemudia menjadi arsitek istana terkenal di Ottoman (Turki Utsmani), penerus Sinan. Ia merupakan arsitek Masjid Jami Sultan Ahmad I di Istambul, Turki. Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Biru. Disebut demikian karena pada malam harinya ada efek sinar biru pada bangunan utama yang disebabkan pantulan cahaya. Rahsia warna biru itu, terletak 260 jendela yang meneroboskan efek cahaya biru dari 21.043 keping iluminasi keramik bagian dalamnya.
Demikian beberapa nama arsitek muslim termashyur yang karyanya masih bisa dilihat dan dinikmati sampai hari ini. *[adm]
Referensi : Benteng Peninggalan Kejayaan Islam
Selengkapnya → Arsitek Muslim (2)
[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpencar dari aspek fisik dan metafisik bangunan melalui konsep pemikiran Islam yang bersumber dari Al Quran, Sunnah, Ulama dan Cendekiawan Muslim. Secara berseri beberapa arsitek muslim akan kami sampaikan melalui web ini.
Hasan Al Thuluni, salah satu arsitek muslim yang hidup pada masa 1432 sampai dengan 1517 Masehi. Ia seorang arsitek Muslim terbesar yang hidup di zaman Dinasti Mamluk, Mesir. Dialah penanggung jawab pembangunan gedung-gedung pemerintahan di Kairo. Mulanya ia hanya menangangi proyek biasa. Tetapi ketika Syaifuddin Lynak mengkudeta Sultan Utsman bin Jaqmak, ia menunjuk Al Thuluni sebagai penanggung jawab proyek pembangunan benteng dan gedung-gedung lainnya.
Jabatan ini terus ia pegang meski setelah itu terjadi pergantian Sultan. Ketika Turki Utsmani yang dipimpin oleh Sultan Salim I menaklukkan Mesir, para arsitek muslim mesir termasuk Thuluni di bawa ke Istambul.
Sinan seorang arsitek muslim, hidup dimasa 1489 sampai dengan 1578 Masehi. Ia dikenal sebagai arsitek terbesar yang menjadi kebanggaan Tuki Ustmani (Ottoman). Ia seorang arsitek muslim yang mempelajari ilmu arsitek secara otodidak pada usia 46 tahun. Mulanya ia seorang prajurit kerajaan. Bakat arsiteknya nampak ketika ia berhasil merancang berbagai alat maupun sarana yang mendukuung perang.
Setelah penyerbuan ke Eropa, arsitek muslim ini berhasil menciptakan jembatan di Sungai Donau. Keberhasilannya inilah yang kemudian mendasari ketenarannya, sejak itu, ia diberi tugas sesuai dengan bakatnya, yaitu merencanakan gedung-gedung yang dibangun oleh para sultan Dinasti Utsmaniyah. Ia mendedikasikan dirinya untuk membangun Kota Istambul di bawah empat era kepemimpinan sultan : Salim I, Sulaiman I, Salim II dan Murad III.
Selama empat periode kepemimpinan para penguasa itu, arsitek muslim Sinan bertanggung jawab untuk membangun dan mengawasi setiap pembangunan di Kasultanan Ottoman. Masjid Salim di Edirne serta Masjid Sulaiman di Istambul merupakan masterpiece sang arsitek ulung ini.
Ia telah membangun 343 buah gedung besar maupun kecil, yang terbentang dari Bosnia sampai Makkah, dengan kriteria diantaranya 81 masjid, 50 mushalla, 55 madrasah, 7 sekolah Al Quran, 16 dapur umum untuk kaum miskin, 8 jembatan, 34 istana, 13 rumah peristirahatan, 33 rumah mandi, dan 19 makam berkubah.
Sinan juga mendidik dan membina arsitek muslim terkemuka, salah satunya Sederhef Mehmet Aga, arsitek Masjid Sultan Ahmad. Dalam karyanya, Sinan lebih menaruh perhatian pada interiornya, sehingga kadang di luar dikorbankan. Ciri karyanya adalah sifat Turki di mapapun gedung berdiri, kekhasan itu selalu terasa. *[adm]
Referensi : Kejayaan Islam
Selengkapnya → Arsitek Muslim (1)
[alhikmahtoyan.blogspot.com] – Setiap orang yang hidup tentu pernah merasakan sakit. Seorang Muslim harus yakin bahwa kondisi tersebut merupakan ujian dari Allah SWT. Berkaitan dengan hal itu, berikut ini beberapa adab ketika sakit datang.
Pertama, sabar dan ikhlas. Orang yang sakit hendaknya yakin bahwa apa yang menimpanya merupakan ujian dan cobaan dari Allah. Allah berfirman dalam QS. Al Mulk [67] : 2, “Dia yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Kedua, bertobat. Dalam sebuah Hadist, Rasulullah bersabda, “ Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram”. (Riwayat Ad-Daulabi).
Ketiga, berobat kepada ahlinya. Hendaknya orang yang sakit datang kepada ahlinya. Dalam sebuah Hadist, Rasulullah bersabda, ”Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit pun melainkan Allah turunkan pula obat baginya. Telah mengetahui orang-orang yang tahu, dan orang yang tidak tahu tidak akan mengetahuinya”. (Riwayat Bukhari Muslim)
Adab ketika sakit datang, yang keempat adalah bila sakitnya bertambah parah, tidak boleh mengharap kematian. Dari Anas dia berkata,”Rasulullah bersabda, Janganlah salah seorang kalian mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya. Apabila memang harus melakukannya, maka hendaknya dia berdoa, Ya Allah, hidupkanlah aku bila kehidupan ini adalah kebaikan dan wafatkanlah aku bila kematia itu adalah kebaikan”. (Muttafaqun ’alaih)
Kelima, Jika punya tanggungan, amanat atau kesalahan segera menunaikan dan meminta maaf. Jika tidak memungkinkan, karena jauh tempatnya, atau belum ada kemampuan atau sebab lainnya, hendaknya dia berwasiat (kepada ahli warisnya) dalam perkara tersebut.
Demikian beberapa adab ketika sakit datang yang harus ditunaikan oleh orang yang sedang sakit. Semoga bermanfaat. Aamiin. *[adm]
Referensi : Suara Hidayatullah
Selengkapnya → Adab Ketika Sakit Datang